FLU BURUNG DI INDONESIA
Bambang Hendro Samekto
Sejak mewabahnya flu burung pada unggas di Indonesia pada 2003 sudah puluhan juta unggas yang tewas. Hal ini menimbulkan kerugian sampai triliunan rupiah, banyak pengusaha ternak ayam dan burung puyuh yang bangkrut. Orang menjadi khawatir untuk menyantap daging dan telur ayam, perekonomian ternak ayam menjadi runtuh, ekspor daging ayam dan produk ayam lainnya dari Indonesia tidak laku diekspor.
Ini disebabkan negara-negara penerima ekspor tersebut menolak karena takut terinfeksi flu burung. Sedang turis dari manca negara yang datang ke Indonesia juga menurun karena takut tertular flu burung. Wabah flu burung yang terjadi di Indonesia pada 2003 – 2005 menjadi pelajaran yang sangat berharga yang kemudian bisa dipakai untuk mengurangi wabah flu burung di masa mendatang. Mulai saat itu Indonesia tidak pernah lepas dari wabah flu burung. (Catatan: Data terkini wabah flu burung dan kerugian akbiat flu burung belum tersedia).
A. PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN FLU BURUNG
1. Pengertian
Flu burung sudah dinyatakan oleh pemerintah sebagai wabah, karena berjangkitnya penyakit menular ini sudah sering terjadi pada unggas dan manusia yang jumlah kematiannya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan kerugian besar.
Secara umum penyebab wabah dikelompokkan sebagai berikut:
• Toksin (kimia dan biologi). • Infeksi (virus, bakteri, protozoa dan cacing).
Flu burung adalah infeksi yang disebabkan oleh virus flu burung sub-tipe baru A, H5N1, famili Orthomyxoviridae yang ditularkan melalui udara dan kontak langsung antara unggas dan unggas dan manusia.
Flu burung adalah penyakit yang menyerang unggas dan manusia dan dapat mematikan. Flu burung tidak sama dengan influenza biasa. Saat ini virus flu burung hanya ditularkan dari unggas ke unggas dan unggas ke manusia. Virus flu burung belum berkembang menjadi virus yang dapat menularkan influenza dari manusia ke manusia lainnya. Orang yang terserang flu burung adalah orang yang sebelumnya berhubungan atau menangani unggas seperti peternak ayam atau lainnya.
2. Penyebab
Penyakit ini disebabkan virus flu burung sub-tipe baru A, H5N1, famili Orthomyxoviridae. sifatnya yang sangat cepat menular dan mematikan, bersifat zoonosis, yang dapat menginfeksi manusia, unggas, babi, kuda, dan anjing laut. Jenis virus ini dapat berubah dengan cepat atau bermutasi. Hal yang dikhawatirkan adalah bila virus ini berubah menjadi virus baru yang dapat menyerang dan menular antar manusia.
3. Cara Penularan
Penularan penyakit flu burung termasuk flu babi kepada manusia sulit diketahui, karena gejala klinis maupun subklinis sulit dibedakan dengan gejala penyakit flu biasa atau penumonia sekalipun, sehingga dapat berakibat fatal. Tingkat kematian penyakit flu burung 85 persen, ini sangat tinggi. Jadi dari 100 orang yang tertular flu burung, 85 orang akan meninggal. Sedang flu babi empat persen, yaitu dari 100 orang tertular flu babi akan ada 4 orang meninggal.
Pola penularan flu burung dimulai dari unggas air yang liar di alam terbuka ke ayam lalu ke ternak babi, dari ayam dan ternak babi ini menular ke manusia. Sedang flu babi dapat menular antar manusia, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung. Sangat dikhawatirkan apabila kedua jenis virus flu burung dan flu babi bergabung dalam tubuh babi, akan dapat bermutasi sangat cepat yang dapat menimbulkan subtipe virus baru yang lebih berbahaya dan ganas yang dapat menular antar manusia ke manusia lain.
4. Gejala
Gejala pada ayam:
Ayam yang terserang flu burung mempunyai gejala seperti:
• Ayam menjadi lemah, tak bersemangat, stress, lumpuh, dari hidung dan mulut keluar cairan yang banyak, mata bengkak kemerahan, keluaran kotoran berupa cairan, kulit badan, leher, dada dan kaki berwarna merah dan ada bercak-bercak darah di bawah kulit.
• Ayam yang terserang flu burung akan mati dalam waktu singkat, yaitu antara 6 sampai 12 jam dan serentak. Apabila dalam satu kandang ada ayam yang terserang flu burung maka dalam waktu singkat sebagian besar ayam yang ada di kandang tersebut akan tertular flu burung dan akan mati.
Gejala pada manusia:
Gejala flu burung pada manusia awalnya mirip sekali dengan flu biasa atau sakit radang saluran pernapasan biasa, seperti batuk, pilek, suhu badan meningkat di atas suhu normal secara terus menerus, nyeri otot, kepala pusing, perut mual, muntah, sendi terasa nyeri dan sakit, yang terjadi secara terus menerus selama 1 – 2 minggu.
Untuk memastikan bahwa seseorang terserang virus flu burung hanya dapat dilakukan dengan memeriksakan darah di laboratorium. Keadaan yang dikhawatirkan adalah bila terjadi komplikasi terutama pneumonia (radang paru).
5. Korban dan Kerugian
Wabah penyakit flu burung dapat menimbulkan dampak kepada masyarakat yang sangat luas meliputi:
• Kerugian akibat penyakit flu burung bersifat ganda dan sistemik, ratusan orang meninggal, ratusan juta ekor ayam mati, kerugian ekonomi dan sosial yang luas, pengangguran bertambah, berdampak pada sektor lain, seperti jumlah pariwisata yang datang ke Indonesia bisa menurun karena takut flu burung, sehingga dapat mengakibatkan keresahan sosial.
• Khusus kerugian peternak ayam kampung yang memelihara ayam di pekarangan rumah perlu mendapat perhatian, karena walaupun usaha ini bersifat sambilan, tetapi secara kumulatif cukup besar dalam menyumbang pendapatan petani. Kerugian di atas disebabkan oleh karena, penyakit flu burung membunuh banyak ternak anak dan ayam kampung, ketidaksiapan masyarakat dan pemerintah, rendahnya pengetahuan dan kemampuan dalam pengenalan, dan penanggulangan flu burung.
• Orang yang terserang flu burung akan meninggal bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI (2009), di Indonesia terdapat kasus flu burung pada manusia sejak tahun 2005 – 2009, dari 161 kasus flu burung ada 134 orang yang meninggal dunia (data belum diperbarui).
• Wabah flu burung dapat mematikan manusia bila korban tidak segera mendapat pertolongan dan perawatan segera dan benar. Oleh karena itu bawalah penderita dengan segera ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Orang yang pernah kena flu burung bisa diserang lagi.
• Jumlah unggas yang terserang flu burung bila tidak dikendalikan maka dapat menyerang unggas lain dalam jumah yang sangat besar bahkan sangat dimungkinkan wabah akan menyerang lintas kabupaten, provinsi dan negara.
• Jumlah kematian unggas apabila jumlahnya tidak berhasil dikendalikan maka jumlah kematian unggas juga akan meningkat secara tajam, khususnya wabah penyakit menular yang relatif cepat penularannya seperti flu burung.
• Aspek ekonomi, dengan adanya wabah flu burung maka akan memberikan dampak pada menurunnya roda ekonomi. Dilaporkan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh wabah flu burung bisa mencapai triliunan rupian setiap tahunnya.
• Aspek sosial dan politik, bila wabah flu burung terjadi akan menimbulkan keresahan masyarakat dan kondisi ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu guna menciptakan kondisi yang tidak stabil.
6. Upaya Pengobatan Pada Manusia
Tidak ada pengobatan untuk membunuh virus flu burung yang menyerang manusia. Dokter yang mengobati akan memberi banyak cairan melalui infus serta obat untuk mengurangi gejala lainnya. Pasien tidak diberi antibiotik bila tidak terlihat gejala infeksi lainnya. Saat ini sudah ada beberapa jenis obat antivirus untuk influenza tapi di Indonesia belum tersedia. Obat antivirus ini tidak akan menyembuhkan secara total tapi bisa memperpendek usia/waktu serangan penyakit.
Jadi cara yang terbaik untuk mengatasi penyakit flu burung adalah memperkuat daya kekebalan tubuh sendiri dan istirahat penuh serta makan makanan bergizi, jangan merokok dan minum beralkohol. Bila terjadi komplikasi, misalnya sesak napas, bronchitis, sinuistis, infeksi telinga dan pneumonia (radang paru), maka harus segera ditangani dokter.
7. Upaya Pencegahan
Hingga dewasa ini status flu burung masih bersifat endemis tinggi di Indonesia. Walaupun masyarakat sudah mengetahui dampak negatif flu burung akan tetapi sikap mereka masih ada yang belum peduli melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan flu burung serta kesiapsiagaan meghadapi pandemi influenza. Banyak yang tidak mau melaporkan kepada petugas Dinas Peternakan bila ayam-ayamnya mati mendadak.
Kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi pencegahan dan penanggulangan flu burung serta kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza perlu secara terus menerus dilakukan mengingat flu burung telah menyerang sebagian besar provinsi di Indonesia dan sekitar 295 kabupaten/kota di Indonesia dari 498 kabupaten/kota yang ada (data belum diperbarui).
Kegiatan ini diharapkan mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pencegahan dan penanggulangan flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza serta mampu membina kelompok masyarakat peduli flu burung. Mereka ini diharapkan akan menjadi basis penanggulangan flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.
Pemberian vaksin terhadap ayam harus terus dilakukan pada ayam-ayam sehat di daerah-daerah terkena flu burung. Sementara itu bio-skuriti pada ternak ayam dan manusia harus terus digalakkan. Bio-skuriti ini antara lain meliputi: seleksi ayam yang sehat dan tidak tertular flu burung, pengawasan dan pengamanan ketat terhadap lalu lintas ternak ayam, produk ternak ayam dan limbah ternak ayam untuk meminimalkan persebaran ternak ayam yang tertular flu burung, pengawasan dan penjagaan kebersihan diri dan penyemprotan obat anti hama pada kadang, peralatan, alat angkut dan pekerja peternakan.
Dalam menangani ayam petugas harus pakai pelindung tangan, pelindung mulut dan sepatu boot dan setelah selesai harus mencuci tangan dengan sabun.
Demikian pula harus dilakukan pemusnahan ayam satu kadang yang tertular flu burung dan penghentian penjualan ayam yang tertular flu burung. Respon cepat untuk memeriksa ayam yang mati mendadak yang dilaporkan masyarakat juga harus ditanggapi dan ditindaklanjuti dengan cepat pula oleh Dinas Peternakan di Kabupaten/Kota.
Respon cepat ini diperlukan untuk meneliti dan mendeteksi secara dini apakah kematian ayam tersebut karena flu burung atau bukan. Dengan demikian akan dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan lainnya yang diperlukan dan memberi rasa aman dan tenteram di antara penduduk yang ayam-ayamnya mati mendadak.
Upaya lainnya adalah dengan melakukan penelitian, seleksi dan pengembangan terhadap ayam lokal yang tahan terhadap virus flu burung dan mempunyai produksi yang tinggi. Maksudnya agar dapat diperbanyak dan dibagikan kepada peternak jenis ayam-ayam kampung yang baik dan tahan flu burung. Ini adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan dan ekonomi masyarakat sehingga bisa tahan terhadap wabah flu burung.
8. Rencana menghadapi wabah flu burung
Untuk menghadapi wabah penyakit flu burung setiap orang harus mempunyai rencana. Rencana ini antara lain meliputi:
• Bergabung dengan kegiatan pembasmian flu burung berbasis masyarakat, khususnya masyarakat siaga menghadapi wabah penyakit flu burung dan Kelompok Pencegahan Flu Burung di setiap RW. • Turut serta dan mendukung pendidikan kegiatan pembasmian flu burung wilayah masing-masing. • Mengikuti kegiatan pelatihan teknis dan ketrampilan kerja dalam rangka PRB (pertukangan, pertanian, peternakan, keterampilan usaha, industri rumah tangga dan sejenisnya). Ini dimaksudkan untuk meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat sehingga tidak rentan dalam menghadapi wabah flu burung yang menyerang. • Pemberian vaksin terhadap ayam harus terus dilakukan pada ayam-ayam sehat di daerah-daerah terkena flu burung. • Sementara itu bio-skuriti (bio-scurity) pada ternak ayam dan manusia harus terus digalak Bio-skuriti ini antara lain meliputi: seleksi ayam yang sehat dan tidak tertular flu burung, pengawasan dan pengamanan ketat terhadap lalu lintas ternak ayam, produk ternak ayam dan limbah ternak ayam untuk meminimalkan persebaran ternak ayam yang tertular flu burung, pengawasan dan penjagaan kebersihan diri dan penyemprotan obat anti hama pada kadang, peralatan, alat angkut dan pekerja peternakan.
B. MITIGASI WABAH PENYAKIT FLU BURUNG
Upaya mitigasi bencana wabah penyakit dibagi menjadi dua bagian, yaitu: (1) upaya mitigasi non-struktural (bukan upaya pembangunan fisik) dan (2) upaya mitigasi struktural (upaya pembangunan fisik).
1. Upaya mitigasi non-struktural
• Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah. Khususnya di jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila terjadi wabah flu burung serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila wabah ini Ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan yang berkesinambungan. • Melakukan dan mendukung upaya pencegahan, respon cepat serta penanggulangannya bila wabah flu burung • Upaya penguatan pengawasan penyebaran wabah flu burung, identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi intervensi dan penanggulangan maupun respon dini di semua jajaran. • Pengendalian faktor risik, dalam hal ini harus ada pencegahan pengangkutan secara masal ayam-ayam dari daerah yang sudah diketahui terserang flu burung ke daerah lain yang belum terserang flu burung. • Deteksi dini, setiap orang khususnya peternak dan petugas pemeriksa peternakan unggas baik besar maupun kecil sudah dibekali dan dilatih secara khusus mengenai pengetahuan tentang gejala-gejala yang tertular atau terkena flu burung seperti diuraikan diatas. Pengenalan dan pengetahuan ini harus dilakukan dengan kegiatan praktek secara langsung tentang deteksi dini flu burung. • Melatih dan membekali perorangan dengan pengetahuan tentang cara-cara pemusnahan unggas yang sakit dan mati terserang flu burung. Petugas peternahan harus dibekali dengan peralatan petugas, seperti baju dan penutup kepala tahan virus dan api, untuk pemusnahan unggas yang mati. • Pemberian vaksin terhadap ayam harus terus dilakukan pada ayam-ayam sehat di daerah-daerah terkena flu burung. • Bio-skuriti pada ternak ayam dan manusia harus terus digalak Bio-skuriti ini antara lain meliputi: seleksi ayam yang sehat dan tidak tertular flu burung, pengawasan dan pengamanan ketat terhadap lalu lintas ternak ayam, produk ternak ayam dan limbah ternak ayam untuk meminimalkan persebaran ternak ayam yang tertular flu burung, pengawasan dan penjagaan kebersihan diri dan penyemprotan obat anti hama pada kadang, peralatan, alat angkut dan pekerja peternakan. • Respon cepat, perorangan dan peternak unggas serta petugas pengawasan flu burung dari dinas peternakan daerah harus bertindak cepat bila diketahui ada unggas dan peternakan wilayah kerjanya terserang flu burung. Petugas dan kantor dinas peternakan harus selalu siap siaga dengan peralatan dan obat-obatan untuk pemeriksaaan unggas yang terkena gejala flu burung. Diketahui bahwa petugas peternakan sudah dilatih dan dibekali dengan peralatan dan obat-obatan diteksi dini flu burung. Sehingga bila mendapat laporan ada unggas yang terkena flu burung dengan gejala-gejala yang disebut di atas dapat segera bertindak untuk memeriksa unggas tersebut.
2. Upaya mitigasi struktural
• Perorangan dan peternak harus membuat kandang yang baik sesuai dengan petunjuk dinas peternakan, seperti membuat kandang unggas yang sehat, penempatan jarak antar kandang yang cukup lebar. Hal ini dilakukan agar flu burung yang menyerang satu kandang tidak akan dengan cepat menular kepada unggas-unggas di kandang lain. • Pemerintah khususnya, Kementerian/Dinas Pertanian harus menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanggulangan wabah flu burung, seperti sumber daya manusia yang profesional, sarana pelayanan pencegahan dan pemeriksaan flu burung, seperti pembangunan balai-balai pemeriksaan unggas yang terserang flu burung saat flu burung mewabah, sarana komunikasi, transportasi, persediaan obat-obatan dan bahan pencegahan, pemeriksaan dan pemusnahan unggas yang mati karena flu burung, biaya-biaya pencegahan dan operasional lainnya. • Pemerintah, khususnya Kementerian/Dinas Kesehatan harus menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanggulangan wabah flu burung pada manusia, seperti sumber daya manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, seperti pembangunan Puskesmas dan rumah sakit dengan jumlah fasilitas rawat inap dan tempat tidur yang banyak yang dapat menampung pasien saat flu burung mewabah, sarana komunikasi, transportasi, persediaan obat-obatan dan bahan kesehatan lainnya, biaya pengobatan dan operasional lainnya.
C. PENUTUP
Untuk mempercepat peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek target sasaran tentang pengurangan risiko flu burung, ada banyak cara atau metode yang dapat dipakai yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan serta menarik bagi masyarakat dalam tingkat pendidikan apapun. Kemaslah informasinya dengan menarik.
Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan memberi informasi sedikit demi sedikit, santai tapi terarah. Dalam menginformasikan pengurangan risiko flu burung juga dapat memanggil pembicara ahli untuk masing-masing bidang.
Silakan kirim komentar atau pertanyaan ke:
bambanghsamekto@gmail.com