WAWANCARA WARTAWAN


MENGHADAPI WAWANCARA WARTAWAN

Bambang Hendro Samekto

1. PENGANTAR

Pimpinan lembaga atau perusahaan atau siapa saja mempunyai kemungkinan untuk diwawancarai wartawan surat kabar, majalah, radio, televisi atau media online (website). Semakin penting kedudukannya di suatu lembaga akan mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk diwawancarai wartawan. Pejabat atau pemimpin lembaga yang telah mengirim siaran pers juga harus siap untuk diwawancara oleh wartawan.

Wartawan akan menghubungi pimpinan lembaga yang telah mengirim siaran pers mengenai hal-hal baru dai lembaga itu. Ada kalanya pimpinan ini akan merasa tidak nyaman atau kurang percaya diri untuk diwawancara kecuali mengetahui lebih dahulu apa yang dikehendaki, motivasi dan cara-cara wartawan atau media melakukan interview. Ketika seseorang merasa tidak nyaman ketika diwawancarai wartawan, dia akan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai sehingga ada melakukan kesalahan, tidak percaya diri dan tidak tahu apa-apa.

Untuk mengatasi keadaan ini maka perlu diketahui terlebih dulu apa dan bagaimana kerja wartawan, berita yang diinginkan, struktur wawancara media, melakukan wawancara dengan wartawan, dan mengambil manfaat dari hubungan baik dengan wartawan dan media.

2. MENGETAHUI KERJA WARTAWAN DAN INFORMASI ATAU BERITA YANG DIINGINKAN

Kerja wartawan adalah mencari, mengumpulkan, menganalisa, menulis dan menyajikan informasi atau berita dari publik dan untuk publik. Wartawan adalah tulang punggung industri media. Oleh karena itu media memerlukan wartawan.

Bentuk tulisan wartawan tergantung pada bidang masing-masing, seperti: politik, ekonomi, bisnis, sosial, olah raga, olah raga, hiburan, lokal atau nasional dan sebagainya. Bidang kekhususan tiap wartawan ini penting karena mereka perlu mengetahui lingkungan bidang masing masing. Untuk bisa memperoleh informasi wartawan harus mempunyai pengetahuan yang benar dan lengkap mengenai bidang dan lingkungannya.

Wartawan juga harus tahu bagaimana membuat kontak, mewancara, meneliti, mencatat dan merekam, mengidentifikasi narasumber untuk berita yang dicarinya dan meramu serta menulisnya. Kerja sama dan membangun kemitraan dengan nara sumber sangat penting bagi wartawan untuk mendapat berita yang akurat, tepat dan dipercaya.

Hal ini harus dibangun selama bertahun-tahun untuk dapat dipercaya oleh narasumbernya. Ingat ada pula narasumber yang tak mau disebut namanya untuk kepentingan politik, keselamatan, rahasia, dan sebagainya. Ada pula berbagai narasumber untuk masalah yang sama. Ini perlu untuk cek dan re-check berita serta keseimbangan berita. Untuk ini semua wartawan harus mempunyai pengetahuan dasar kewartawanan dan kode etik wartawan. Wartawan harus mengembangkan kemampuan menganalisa keadaan secara tepat, meramu dan menulis dari apa yang dilihat, dengar, cium, dan rasakan. Dia juga juga perlu mempersiapkan diri, banyak membaca, meneliti, membuat pertanyaan yang tepat serta selalu berada pada tempat dan waktu yang tepat.

Untuk melengkapinya wartawan perlu memiliki keterampilan komputer, fotografi, dan pengetahuan dasar masing-masing bidang. Wartawan harus bisa melakukan wawancara dengan tatap muka langsung atau melalui telpon. Wartawan juga harus terbiasa bekerja di bawah tekanan serta tenggat waktu (deadline) memasukan tulisannya atau kejar tayang. Wartawan juga tergantung kepada jenis media tempatnya bekerja, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi atau website. Saat sekarang wartawan harus mempunyai reaksi cepat terhadap ‘breaking news’ di televisi atau radio.

Dengan mengetahui hal-hal ini maka kita akan dapat memahami sikap dan sifat para wartawan dan juga macam-macam pertanyaan yang diajukan. Para jurnalis atau wartawan biasanya lebih menyukai informasi dan ide-ide baru. Jadi selama ada informasi, berita dan fakta baru yang perlu diketahui publik maka wartawan akan mencarinya. Wartawan atau media tidak tertarik untuk membantu mempromosikan lembaga atau perusahaan serta layanan jasa atau produk Anda kepada pembaca, pendengar radio atau pemerhati televisi.

Wartawan mencari berita yang menarik perhatian dan keingintahuan pembaca, pendengar radio atau pemirsa televisinya dan memenuhi keinginan pemimpin redaksinya. Mereka tidak memberi perhatian kepada hal-hal yang Anda tawarkan tetapi lebih mementingkan apakah berita itu menarik bagi pembacanya atau tidak. Demikian pula, mereka lebih tertarik bila dengan berita itu wartawan dapat menulis berita yang lebih baik.

3. STRUKTUR WAWANCARA MEDIA

Ada beberapa jenis media yang dalam mencari informasi atau berita melakukan wawancara, yaitu: surat kabar dan majalah untuk media cetak, radio untuk media elektronik audio, televisi untuk media elektronik video, dan website yaitu media elektronik yang berbasis teknologi informasi. Masing-masing media ini mempunyai ciri khusus dalam wawancara. Wawancara untuk surat kabar dan majalah serta website hasilnya tidak langsung disiarkan. Wawancara radio bisa dilakukan secara langsung (live) di mana suara dan hasil wawancara dapat langsung didengar oleh pendengar radio atau direkam dan disiarkan kemudian. Wawancara televisi bisa dilakukan secara langsung (live) di mana gambar dan suara hasil wawancara dapat langsung dilihat dan didengar oleh pemirsa televisi atau direkam dan disiarkan kemudian. Walaupun wawancara untuk surat kabar, majalah, radio, televisi dan website berbeda-beda, struktur wawancaranya hampir sama. Secara ringkas struktur wawancara wartawan terdiri dari: pembukaan, isi dan penutup.

a. Pembukaan

Pada pembukaan wawancara umumnya dilakukan untuk mencairkan suasana agar tidak kaku, menjadi lebih santai dan nyaman. Ini diperlukan pada awal wawancara. Anda akan ditanya bagaimana mengeja nama Anda, apa profesi atau jabatan dan keahlian Anda, keluarga, karir, pokoknya riwayat hiduplah. Pada saat ini dilakukan perkenalan dan penjelasan mengenai topik wawancara. Ini dimaksudkan agar pembaca, pendengar atau pemirsa tahu apa yang dibicarakan dan siapa yang berbicara atau menjadi narasumber.

Pembukaan ini sekaligus juga memberitahu khalayak sasaran apakah topik yang dibahas menarik perhatian atau tidak. Sehingga mereka dapat memutuskan untuk terus membaca atau mengikuti wawancara atau tidak. Tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pewawancara dan bila dilakukan di televisi, harap memandang mata pewawancara dan bukan ke kamera.

b. Isi

Pada bagian ini dilakukan wawancara yang sesungguhnya. Pertanyaan-pertanyaan akan berkaitan dengan topik yang dibicarakan. Wartawan akan menggali lebih mendalam informasi dari topik yang dibicarakan. Umumnya wartawan akan bertanya tentang Siapa, Apa, Kapan, Di mana, Mengapa, dan Bagaimana. Selanjutnya wartawan juga akan bertanya tentang ide Anda, impian, pendapat, ingatan, reaksi, perkiraan sekitar topik yang dibicarakan. Kembangkan tiga atau empat pesan utama yang mencerminkan hal yang dibahas. Uraikan lebih lanjut agar khalayak sasaran atau audience mengetahuinya.

Ingatlah baik-baik pesan utama itu dan terapkan di setiap wawancara yang dilakukan. Bila mendapat pertanyaan yang sukar dijawab dan tidak berkaitan dengan topik bahasan, katakan dengan jujur belum tahu jawabannya dan arahkan pembicaraan ke topik semula. Dapat pula dijawab dengan akan dicari jawabnya lalu diberikan kepada wartawan. Lakukan hal ini sesegera mungkin karena wartawan mempunyai tenggat waktu untuk kejar tayang.

c. Penutup

Pada akhir wawancara, biasanya wartawan akan mempertegas tentang apa yang telah dicatatnya dan disarikan. Juga memastikan apakah dia telah mengeja dan menulis nama dan jabatan Anda dengan benar dan apakah kelak dia boleh bertanya atau mendapat penjelasan lagi mengenai hal-hal yang ditanyakan tadi. Pada bagian penutup ini, biasanya wartawan akan membuat kesimpulan isi pembicaraan. Pada wawancara radio dan televisi, akan diperkenalkan lagi siapa yang diwawancara dan pewawancara. Pembukaan dan penutupan sama pentingnya: Pembukaan dipakai untuk menarik perhatian dan penutupan dipakai untuk membuat kesimpulan wawancara.

Akhirnya ucapkan terima kasih. Bila wawancara tidak sesuai harapan atau terlalu cepat waktunya, dapat diakhiri dengan penutup dengan pesan-pesan utama yang ingin disampaikan.

4. SAAT WAWANCARA DENGAN WARTAWAN

Interview dengan media sering menjengkelkan bila tidak tahu cara menghadapinya. Anda harus selalu siap diwawancara meskipun wawancara itu atas permintaan Anda atau sebaliknya. Saat wawancara jangan panik. Bila Anda panik, keadaan inilah yang diharapkan wartawan, yaitu ingin melihat keadaan Anda yang sebenarnya dan mengupas kebohongan Anda bila ada yang disembunyikan. Jangan bohong. Jangan sampai hal ini terjadi. Sebuah wawancara bisa melambungkan nama Anda atau juga menjatuhkannya. Tetap terbuka dan jangan sampai tertekan oleh yang dikatakan atau ditanyakan wartawan. Mereka memang punya kekebasan bicara dan bertanya dan Anda juga memiliki hak yang sama.

Dalam wawancara, Anda sebagai orang utama yang mengatur wawancara. Bila ada wartawan yang ingin melakukan wawancara, Anda bisa bertanya hal-hal apa saja yang akan ditanyakan sehingga Anda bisa menyiapkan jawabnya sebaik mungkin. Anda bisa mengatakan pertanyaan mana yang cocok dan mana yang tidak sesuai. Walaupun demikian bila wawancara itu direkam atau disiarkan langsung melalui radio atau televisi, tetap saja akan timbul ketegangan dalam diri Anda.

Perlu diingat bahwa wawancara siaran langsung di televisi atau radio sedikit kemungkinannya dilakukan editing. Oleh karena itu harus ekstra hati-hati dalam mengemukakan jawaban atau pendapat kecuali Anda yakin menguasai betul hal-hal yang dibahas. Dengan demikian Anda tak perlu takut pada wawancara yang disiarkan secara langsung. Anda dapat mengatakan apa yang Anda inginkan. Jadi nikmati saja acaranya. Anda harus siap dengan informasi dasar. Ini diperlukan pada awal wawancara. Anda akan ditanya bagaimana mengeja nama Anda, apa profesi atau jabatan dan keahlian Anda, keluarga, karir, riwayat hidup. Wartawan ingin jawaban yang langsung dari Anda.

Pertanyaan selanjutnya akan berkisar tentang hal-hal atau ide baru Anda, impian, pendapat, ingatan, reaksi, perkiraan. Santai saja dan berpikir jernih sebelum menjawab. Tidak perlu tergesa-gesa. Anda bisa memberi cerita atau kutipan dari tulisan atau orang lain. Wartawan ingin jawaban yang lebih dari sekedar “ya” atau ‘tidak’. Mereka ingin informasi lebih banyak dan bukan yang sedikit. Hindari pula pemakaian istilah yang hanya Anda mengerti dan pakailah bahasa yang baik dan benar.

Jangan berpikir kegiatan ini sebagai wawancara, anggap saja percakapan biasa. Nada bicara juga harus dijaga khususnya saat wawancara di televisi dan radio. Ini akan lebih menyenangkan. Sekali lagi, pada akhir wawancara, biasanya wartawan akan bertanya tentang apa yang telah dicatatnya dan disarikan, juga apakah dia telah mengeja dan menulis nama dan jabatan Anda dengan benar, dan apakah kelak dia boleh bertanya atau mendapat penjelasan lagi mengenai hal-hal yang ditanyakan tadi.

Selama wawancara Anda juga bisa bertanya. Ini bukan wawancara saat melamar kerja jadi tak perlu kaku atau bimbang. Bila bimbang maka proses wawancara akan tidak nyaman dan bisa mengganggu Anda. Bila wawancara mengarah pada hal-hal di luar topik bahasan, mengganggu, mengingatkan kepada kenangan masa lalu yang menyedihkan, sensitif atau kontroversial, katakan saja sebaiknya tidak menyinggung hal tersebut. Jujur saja tentang hal ini. Seorang pejabat sebelumnya telah dibisiki stafnya apa saja yang boleh dibicarakan dan apa yang tidak boleh. Wartawan memahami tentang hal ini dan bisa mengalihkan pertanyaan. Namun tetap saja Anda harus memberi informasi sebanyak-banyaknya kepada wartawan.

Jadi wawancara dengan wartawan merupakan keahlian yang harus dikuasai oleh pejabat atau pimpinan lembaga atau perusahaan. Anda hanya akan bisa memperbaiki wawancara Anda dengan terus berlatih. Lebih sering melakukan wawancara Anda akan lebih percaya diri dan dapat menguasai keadaan.

Akhirnya Anda akan mengatakan ternyata wawancara itu mudah dan menyenangkan. Hal-hal ini dapat dipelajari sendiri atau belajar dari dari ahlinya.

Lakukanlah wawancara dengan cerdas, cerdik dan jangan ragu-ragu.

5. HAL-HAL POKOK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM WAWANCARA DENGAN WARTAWAN

a.Lakukan Persiapan

Dalam wawancara dengan wartawan atau pewawancara televisi, radio atau media cetak dan online, memberi jawaban dengan baik tidak cukup hanya tahu caranya dan telah melakukan latihan saja. Hal yang terpenting adalah Anda mempunyai informasi yang dipercaya untuk disampaikan. Persiapan bahan wawancara mutlak harus dilakukan. Jangan lakukan wawancara tanpa mempersiapkan bahannya dan Anda tidak menguasainya. Untuk wawancara Anda harus tahu pesan-pesan utama yang harus disampaikan dengan jelas, apa tujuannya, apa saja contoh-contohnya dan juga angka statistiknya.

Kembangkan dua atau tiga pesan utama dan pastikan pesan-pesan ini disampaikan. Buat pula catatan-catatan kecil dalam kertas sebagai pegangan. Jangan buat pernyataan yang tidak benar dan tidak didukung data. Ini penting bagi Anda dan wartawan agar tidak ke luar dari topik bahasan dan dapat membantu mencapai tujuan wawancara Anda. Bacalah informasinya dan minta staf memberi bahan bacaan yang berkaitan dengan pesan utama tadi. Saat akan wawancara dapat pula ditentukan apa yang akan dibicarakan, batas-batas wawancara, apa saja yang boleh dan yang tidak boleh.

b. Siap Menjawab Pertanyaan Sukar

Anda harus siap pula untuk menjawab pertanyaan sukar yang diberikan wartawan. Jangan terkejut dan gagap ketika mendapat pertanyaan yang tidak diharapkan atau berada di luar topik bahasan. Ini memang kepandaian wartawan. Untuk bisa menjawabnya cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

• Apa yang Anda tidak sukai dari hasil yang dicapai saat ini? • Apakah yang Anda kemukakan ini penting? • Bagi siapa hal ini penting? • Apakah ada pemecahan masalah yang lebih baik selain yang Anda kemukakan tadi? • Apa yang dilakukan lembaga Anda selanjutnya? • Apakah dalam uji coba ada pihak-pihak yang tidak setuju? • Apakah anggarannya akan mencukupi? Kalau tidak cukup, apa yang akan dilakukan? • Apa kesulitan yang dihadapi? • Mengapa Anda yang harus melakukannya? • Tantangan apa yang paling sulit dihadapi? • Perlajaran berharga apa yang didapat?

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sukar sebaiknya kembali kepada topik bahasan.

Anda juga dapat bertanya kepada wartawan pertanyaan-pertanyaan sama yang ada kaitannya dengan topik bahasan.

c. Lakukan latihan menjawab pertanyaan

Pastikan Anda dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Lakukan latihan untuk menjawab pertanyaan. Minta teman atau staf untuk melakukan pertanyaan dan Anda memberikan jawabnya. Ini berguna sebagai pemanasan sebelum wawancara dilakukan.

d. Fokus.

Wartawan yang baik akan melihat topik bahasan dari sudut yang menarik untuk pemberitaan dan akan memakai sejumlah cara agar ada bagian yang bertentangan, setuju dan tidak setuju, sesuai atau tidak sesuai, baik dan buruk, dan sejenisnya. Menciptakan berita yang tidak selalu serasi merupakan keinginan tiap wartawan. Untuk mengatasi hal ini Anda harus fokus dan tetap pada tiga atau empat pesan utama yang telah dibuat dan hindari bila pewawancara mengarahkan Anda ke luar garis kebijakan lembaga atau perusahaan. Tetap tegas namun sopan. Kalau mulai melenceng, Anda kembalikan ke fokus bahasan. Anda lihat kembali pesan-pesan dan topik yang disepakati.

e. Perhatikan gerak tubuh dan ekspresi wajah

Dalam wawancara televisi, radio atau media cetak penting pula untuk memperhatikan gerak tubuh (body language) dan suara. Anda harus memastikan bahwa gerak tubuh, mata, senyum, atau ekspresi wajah sesuai dengan nada dan pernyataan yang dikeluarkan. Jadi upayakan untuk meyakinkan khalayak sasaran dengan gerak tubuh yang sesuai. Perhatikan tinggi rendah dan volume suara, serta saat jeda dan diam. Jangan lupa sedikit humor, bahasa yang baik dan benar serta etika dan kecepatan berbicara harus diperhatikan pula.

f. Lakukan persiapan sesaat sebelum wawancara

Beri waktu cukup sebelum wawancara dimulai. Wawancara televisi dan radio akan meminta Anda untuk datang lebih awal dari jadwal siaran dan sebaiknya Anda siap menunggu beberapa saat sebelum wawancara mulai. Datanglah ke tempat pada yang tepat dan sebelum acara dimulai. Ini lebih baik dari pada terlambat. Buatlah senyaman mungkin.

g. Tetap tenang

Dalam situasi apapun Anda harus tenang selama wawancara berlangsung. Anda jangan sampai emosi, teriak atau marah. Hal ini hanya akan merugikan Anda dan kehilangan kesempatan yang terbaik. Bila emosi semuanya jadi tak terkendali dan jawaban Anda menjadi tidak akurat lagi dan akan membuat masalah saja. Ingat keadaan yang tidak terkendali menjadi sajian dan berita empuk buat media dan pewawancara menjadi lebih berani dan agresif.

Jadi tetaplah tenang dan percaya diri karena Anda yang mengendalikan wawancara.

Silakan kirim komentar atau pertanyaan ke:

bambanghsamekto@gmail.com