BELAJAR PENGURANGAN RISIKO BENCANA DARI CHILI


BELAJAR PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) DARI CHILI

Bambang Hendro Samekto

A. GEMPA BUMI DAHSYAT DI CHILI

Seperti diketahui Chili telah mengalami berbagai gempa bumi dahsyat sejak 1960, yaitu:

• Gempa bumi pada 22 Mei 1960 di Valdivia, Chili selatan, dengan magnitude 9,5 yang mengguncang hampir seluruh Chili dan telah menewaskan 1.655 orang, 3.000 orang terluka dan membuat 2 juta orang kehilangan rumah tinggal, dan kerugian saat itu sekitar US $ 550 juta.

• Gempa bumi di pantai Pelluhue, Region Maule, sekitar 600 km selatan ibu kota Santiago, pada 27 Februari 2010 dengan magnitude 8,8. Gempa bumi ini telah menewaskan 525 orang, di antaranya 156 orang tewas akibat tsunami, dan 25 orang hilang serta membuat 370.000 orang kehilangan rumah tinggal, sekitar 220,000 rumah rusak berat dan tidak bisa dihuni lagi, kerugian ekonomi sekitar US $ 30 miliar.

• Gempa bumi di Illapel, 250 Km barat laut ibu kota Santiago, Chili tengah, pada 16 September 2015 dengan magnitude 8,3, menewaskan sekitar 13 orang dan 14 orang terluka, serta beberapa ratus rumah rusak.

Gempa bumi dahsyat lainnya yang terjadi di Chili adalah pada 1922 dengan magnitude 8,5, pada 2001 dengan magnitude 8,4, dan 2007 dengan magnitude 8,0. Selain itu ratusan gempa di bawah magnitude 7 telah terjadi di Chili bertahun-tahun.

B. NEGARA CHILI

Republik Chili dengan ibu kota Santiago berada di benua Amerika Selatan. Negara ini berbentuk memanjang dari utara ke selatan di pantai barat benua Amerika Selatan. Di barat dibatasi oleh Samudera Pasiifik, di utara Peru, di timur laut Bolivia dan di timur adalah Argentina dengan perbatasan pegunungan Andes dari utara ke selatan. Luas wilayahnya sekitar 756 ribu Km2, dengan pantai di Samudera Pasifik sepanjang 4,300 Km dan lebar sekitar 175 Km. Iklimnya bervariasi antara daerah gurun Atacama di utara, iklim sedang di tengah dan dingin di bagian selatan.

Chili merdeka dari Spanyol pada 1818. Jumlah penduduknya 17,4 juta jiwa (2012) terdiri dari 89 % orang kulit putih dan Mestizo (campuran kulit putih dan Indian), 9 % Indian Mapuche, dan selebihnya adalah orang Indian lainnya dan orang Afrika. Bahasa nasional adalah Spanyol, bahasa lainnya Inggris dan bahasa Indian, seperti Mapudungun, Aymara dan lainnya.

Republik Chili termasuk salah satu negara maju dan makmur di Amerika Selatan dengan GDP US $ 335,4 milyar (perkiraan 2013) dan pendapatan per kapita $19,100. Expor utamanya adalah hasil tambang tembaga, nitrat dan logam mulia, buah-buahan, produk ikan dan minuman anggur. Tenaga kerjanya sekitar 8,367 juta orang, yang bekerja di pertanian 3.2%, industri 23%, dan jasa 63.9%. Tingkat pendidikannya sudah tinggi. Dengan diterapkan wajib belajar 12 tahun maka rata-rata penduduk usia sekolah telah menamatkan pendidikan menengah sangat banyak jumlahnya. Tingkat melek huruf juga tinggi, sekitar 96 %.penduduknya melek huruf.

Negara Chili berada di lingkaran cicin api (‘ring of fire’) di Samudera Pasifik yang membentang dari benua Amerika dari selatan ke utara, Alaska, Hawaii, sampai ke Jepang, Taiwan dan Filipina. Oleh karena itu wilayah Chili sering dilanda letusan gunung api, gempa bumi serta tsunami. Sejak 1973, Chili mengalami lusinan gempa bumi dengan skala lebih dari 7 magnitude yang menimbulkan tsunami. Gempa tektonik di Chili disebabkan oleh penujaman (subduksi) ke arah timur dari lempeng Nazca di Samudera Pasifik ke bawah lempeng benua Amerika Selatan.

C. PROGRAM PENANGGULANGAN DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA CHILI

Sejak gempa bumi dahsyat 9,5 magnitude pada 1960, pemerintah Chili memulai merencanakan program penanggulangan dan pengurangan risiko bencana dengan seksama. Dengan program ini, Chili telah memetik hasilnya, yaitu ketika terjadi gempa bumi pada 16 September 2015 dengan magnitude 8,3 di Illapel, barat laut ibu kota Santiago, korban tewas hanya 13 orang dan 14 orang terluka, serta beberapa ratus rumah saja yang rusak.

Berikut ini beberapa program penanggulangan dan pengurangan risiko bencana (PRB) yang dilaksanakan pemerintah Chili:

• Peraturan pembangunan bangunan tahan gempa

Mengingat bahwa yang menewaskan manusia bukan gempa itu sendiri tapi rumah/gedung/bangunan yang roboh yang menimpa manusia maka pemerintah Chili menerapkan dengan sangat ketat peraturan pembangunan bangunan tahan gempa. Arsitektur bangunan tahan gempa terus diperbarui sesuai dengan kemajuan teknologi. Kolom-kolom bangunan yang kuat dan lentur memungkinkan rumah/gedung dapat berayun ketika terjadi gempa dan tidak roboh dan hancur.

Tekanan pelaksanaan peraturan juga diterapkan kepada perencana, arsitek dan pemborong pembuat bangunan/gedung termasuk juga untuk membangun jauh dari garis pantai. Peraturan ini tidak hanya tertuang di kertas tetapi dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat di lapangan. Pengawasan ketat atas pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan keadaan lingkungan dan sistim pembangunan rumah/gedung tahan gempa telah membuat peraturan ini dapat berjalan baik.

Peraturan pembangunan bangunan tahan gempa ini diterapkan kepada pembangunan kembali dari rumah/gedung yang hancur karena gempa, rumah/gedung yang telah diaudit strukturnya tapi tidak memenuhi syarat sebagai rumah/bangunan tahan gempa, dan pembangunan bangunan baru.

Pelaksanaan peraturan yang sangat ketat ini juga diterapkan kepada pembangunan infrasturktur agar tahan gempa, seperti jalan, jembatan, jaringan listrik, jaringan telpon, saluran irigasi, tanggul sungai dan sarana publik lainnya seperti mall dan gedung pertemuan.

• Perencanaan tata kota

Pemerintah melakukan kaji ulang tata kota di seluruh wilayah Chili. Semua infrastruktur dan pembangunan rumah/gedung di wilayah perkotaan diperbaiki agar siap menghadapi berbagai bencana. Khusus untuk kota-kota di wilayah pantai, rumah/gedung harus dibangun jauh dari tepi pantai. Jalan-jalan dibuat sebaik mungkin untuk mempermudah evakuasi saat bencana dan pelaksanaan pemberian bantuan saat darurat bencana.

• Peringatan dini bencana

Peringatan dini bencana ternyata sangat efektif untuk menyelamatkan manusia dari bahaya akibat bencana. Di Chili peringatan dini tsunami yang dilakukan dengan benar, tepat waktu, taat aturan dan diikuti oleh masyarakat yang tinggal di tepi pantai telah dapat menyelamatkan banyak penduduk.

Gempa bumi pada 27 Februari 2010 dengan magnitude 8,8, telah menewaskan 525 orang, di antaranya 156 orang tewas akibat tsunami, dan 25 orang hilang. Dilaporkan banyaknya korban tewas ini disebabkan antara lain oleh adanya kegagalan dan keterlambatan dalam mengkomunikasikan peringatan dini tsunami. Kesimpangsiuran peringatan dini ini membuat panik dan bingung banyak orang sehingga mereka terlambat menyelamatkan diri dari akibat bahaya tsunami.

Sementara itu gempa bumi yang terjadi pada 16 September 2015 dengan magnitude 8,3 telah menewaskan 13 orang dan 14 orang terluka, serta beberapa ratus rumah rusak. Sedikitnya korban jiwa dan rumah rusak karena sejak 2010 pemerintah Chili dengan segera memperbaiki sistim peringatan dini tsunami dan pelaksanaan peraturan pembangunan rumah tahan gempa dengan lebih ketat lagi. Pada gempa 2015 ini segera setelah ada peringatan dini tsunami sekitar 1 juta orang berhasil dievakuasi dari daerah pantai yang akan dilanda tsunami.

Sejak 2010 pemerintah Chili membuat sistim peringatan dini tsunami yang lebih canggih dan lebih baik. Pemerintah Chili membangun peralatan sensor gelombang tsunami yang bekerja 24 jam sehari. Sejalan dengan ini tanda bahaya (sirine) dibangun di daerah pantai untuk memperingatkan penduduk dan nelayan tentang kemungkinan akan terjadinya tsunami dan ombak besar. Tentu saja masyarakat dididik dan dilatih dengan baik tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana ini. Jadi kombinasi dari pembangunan dan adanya sistim peringatan dini tsunami yang canggih, sistim pemberitahuan atau penyebaran informasi peringatan dini yang benar, jelas dan tepat waktu, dan kesiapsiagaan masyarakat yang terlatih menghadapi bencana telah dapat menyelamatkan nyawa manusia dari bencana sehingga banyaknya korban akibat bahaya bencana tidak terulang lagi.

• Budaya siaga bencana melalui pendidikan PRB

Masyarakat dan anak-anak sekolah dididik tentang PRB dan kesiapsiagaan menghadapi bencana sejak dini. Anak-anak sekolah diajari guru-gurunya dalam melakukan simulasi menghadapi bencana. Mereka terus menerus melakukan pelatihan menghadapi bencana dan evakuasi bencana dengan cara dan melalui route yang sama. Sementara itu para petugas penanggulangan bencana secara berkala mendampingi dan membimbing sekolah dan kelompok masyarakat dalam pelatihan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Pengajaran dan pelatihan seperti ini sangat penting sehingga sejak dini masyarakat akan siaga dan terbiasa menghadapi bencana. Pendidikan dan pelatihan ini terbukti memberi hasil yang sangat baik ketika gempa bumi 16 September 2015 di Chili.

• Keterlibatan masyarakat

Setelah gempa 2010 pemerintah Chili dengan gencar melaksanakan PRB untuk mengurangi risiko bencana. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat. Mobilisasi masyarakat ini telah meningkatkan kesadaran publik tentang PRB secara bermakna. Hal ini dilakukan melalui tukar pikiran, diskusi dan perencanaan dengan masyarakat melalui kelompok-kelompok yang ada. Pemerintah Chili justru menghargai ide, keinginan, rencana serta keterlibatan masyarakat dalam PRB. Hal ini mengingat justru masyarakat yang memiliki sumber daya dan tenaga yang besar. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan dengan lebih aktif lagi untuk bekerja sama dan memberdayakan kelompok masyarakat dalam penanggulangan bencana dan PRB.

Dengan kesadaran masyarakat yang tinggi ini maka program penanggulangan bencana yang dijalankan pemerintah Chili dapat berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Dalam hal lain, keterlibatan masyarakat dan organisasi masyarakat di bidang kemanusiaan membantu korban setelah kejadian bencana juga sangat tinggi dan dihargai. Mengatur dan membantu kebutuhan hidup sehari-hari para pengungsi bencana lebih banyak dilakukan oleh masyarakat dan organisasi masyarakat mandiri.

• Komunikasi

Komunikasi yang cepat, terpercaya dan tepat waktu sangat penting dalam memberitahu masyarakat tentang peringatan dini bencana. Manfaat dari hal ini sangat dirasakan masyarakat Chili ketika terjadi gempa bumi dahsyat pada 16 September 2015. Banyak orang yang selamat karena sistim peringatan dini akan terjadinya tsunami dilakukan dengan benar, cepat dan tepat waktu.

Komunikasi sangat penting dalam peningkatan kesadaran publik untuk mengurangi risiko bencana. Pemerintah Chili dibantu berbagai kelompok masyarakat melakukan pembelajaran tentang PRB melalui media konvensional dan media sosial. Hal ini telah membantu meningkatkan kesadaran publik dalam PRB. Kecepatan media ini dalam mengirim berita dan informasi dan cakupan yang luas dapat mencapai masyarakat dengan efektif. Masyarakat juga diajarkan untuk selalu memakai dan membuka media ini untuk mendapat informasi mutakhir tentang bencana yang terjadi. Media sosial menjadi alat penting untuk saling memberi informasi kepada keluarga dan kerabat setelah terjadinya bencana.

Dalam hal lain pemberitaan yang luas oleh media tentang gempa bumi dan tsunami telah membantu mempercepat terjadinya reformasi kelembagaan penanggulangan bencana di pemerintah Chili.

• Kemauan politik pembuat dan pelaksana kebijakan

Pemerintah Chili menyadari bahwa negaranya berada di kawasan ‘cicin api’ di mana gempa bumi dan letusan gunung api dapat terjadi setiap saat. Oleh karena itu sejak awal pemerintah Chili telah melakukan perencanaan dan pembangunan penanggulangan bencana jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana dengan biaya yang besar.

Dalam bidang mitigasi bencana yang struktural walaupun memerlukan biaya mahal pemerintah Chili telah menerapkan peraturan dan rencana pembangunan rumah/gedung dan infrastruktur lainnya yang tahan gempa dan bencana lainnya. Sementara itu dalam bidang mitigasi non struktural pemerintah secara sadar mengakui bahwa rakyatnya harus dididik dan dilatih untuk siaga menghadapi bencana. Oleh karena itu dana pembangunan yang disalurkan pemerintah Chili untuk kedua hal ini sangat besar.

Sementara itu masyarakat Chili juga tahu dan sadar akan kemauan dan kemampuan pemerintah dalam membantu masyarakat dalam penanggulangan bencana. Oleh sebab itu, masyarakat dengan senang hati menerima semua rencana, keinginan dan informasi yang diberikan pemerintah Chili dalam penanggulangan bencana.

Pemerintah Chili adalah salah satu negara yang aktif dan berperan penting dalam merumuskan dan melaksanakan “Kerangka Rencana Aksi Hyogo 2005 dan Sendai 2015 dalam Pengurangan Risiko Bencana “. Kemauan untuk berbagi pengalaman dalam penanggulangan bencana telah membuat Chili diakui dan dihargai telah berperanan penting dalam upaya pengurangan risiko bencana secara global.

D. PELAJARAN YANG BISA DIPETIK

Berikut ini pelajaran yang dapat dipetik dari PRB Chili:

• Sebagai negara maju dan makmur, pemerintah Chili dengan kemauan politiknya telah berhasil dalam upaya penanggulangan dan pengurangan risiko bencana di negaranya. Walaupun dengan biaya mahal pembangunan rumah/gedung dan infratsruktur lain yang tahan bencana telah dapat mengurangi korban akibat bahaya yang ditimbulkan bencana.

• Peringatan dini bencana dengan memakai alat-alat modern dan canggih serta penyampaian berita peringatan dini yang cepat, akurat dan tepat waktu telah dapat menyelamatkan masyarakat dari bahaya bencana.

• Pendidikan PRB sejak dini membuat masyarakat Chili sadar dan siaga bencana serta bersedia bekerja sama dengan pemerintah dalam penanggulangan bencana.

• Sangat penting untuk bekerja sama dan melibatkan masyarakat dalam penanggulangan bencana.

• Media konvensional dan media sosial berperan penting dalam upaya penanggulangan bencana dan Peningkatan kesadaran publik dalam PRB.

Silakan kirim komentar atau pertanyaan ke:

bambanghsamekto@gmail.com